Thursday 26 December 2013

SAINSDAKWAH - ADAB BERCANDA



1.  Niat yang baik
Hadirkan niat yang baik dalam seluruh ucapan dan perbuatan kita. Demikian pula halnya dengan canda dan senda gurau yang kita kerjakan, niatkan bahwa canda itu hanya untuk menghilangkan kejenuhan, kesumpekan dan kelelahan. Mendatangkan kesenangan jiwa yang diharapkan manfaatnya dapat membangkitkan semangat kembali dalam beramal, baik untuk dunia maupun akhirat.
2.  Jangan berlebihan
Sebagian manusia ada yang berlebihan dalam canda dan berkelakar hingga kelewat batas. Wibawa dirinya jatuh di mata manusia, tidak dipandang dan disegani lagi. Bahkan sampai orang-orang bodoh pun ikut bergabung dengan dirinya. Tentunya hal ini harus dijauhi oleh seorang muslim, hendaknya kita semua pertengahan dalam segala perkara. Tidak selalu bermuka masam dan cemberut, tidak juga sering bercanda yang berlebihan. Imam al-Ghozali mengatakan: "Selayaknya untuk tidak terlalu berlebihan dalam berkelakar dan senda gurau, jangan menuruti jiwa dalam perkara yang rendahan hingga dapat merusak perangainya dan jatuh kewibawaannya secara keseluruhan. Bahkan yang benar adalah selalu pertengahan, jangan meninggalkan kewibawaan apabila melihat kemungkaran, jangan membuka peluang untuk berbuat mungkar. Acapkali melihat sesuatu yang menyelisihi syar'i dan muru'ah hendaklah dilarang." (Fadhlullohus Shomad 2/522)
3.  Perhatikan orangnya
Tidak semua manusia senang bercanda. Maka dudukkanlah manusia sesuai dengan kedudukannya. Lihatlah dahulu dengan siapa anda akan bercanda. Apabila watak orangnya serius, tidak senang canda, atau keadaan orangnya lagi suntuk dan ditimpa musibah maka sangat tidak tepat bila anda bercanda dengannya. Bisa jadi malah canda dengannya membawa petaka dan sesuatu yang tidak diinginkan. Perhatikanlah hal ini wahai saudaraku!!.
4.  Lihat kondisi
Yang demikian itu karena ada beberapa keadaan dan situasi yang tidak tepat untuk bercanda dan bergurau, seperti ketika di majlis rapat yang butuh pemecahan dan keseriusan, pada majlis ilmu ketika guru sedang menerangkan dengan serius, ketika memberi persaksian atau seperti ketika akad nikah, perceraian dan lain sebagainya. Maka canda dan bergurau ketika keadaan seperti di atas tidak bisa diterima.
5.  Canda dengan menakut-nakuti?
Sebagian orang ada yang canda dan guraunya dengan jalan menakut-nakuti, semisal dia memakai topeng, atau pakaian putih seperti pocong di kegelapan malam, atau dengan suara yang membuat orang takut. Semua perkara ini hendaklah dihindari dan dijauhkan, jangan dijadikan kebiasaan, karena menakut-nakuti seorang muslim adalah terlarang. Berdasarkan hadits:
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti saudaranya muslim. (HR. Abu Dawud:5004, Ah-mad 5/362. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Ghoyatul Marom 447)
Termasuk bentuk menakut-nakuti juga adalah menyembunyikan barang saudaranya yang berharga, sehingga pemiliknya merasa cemas dan takut akan kehilangan barangnya. Nabi صلى الله عليه وسلم memperingatkan dalam sabdanya:
لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لَاعِبًا وَلَا جَادًّا وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا
Janganlah salah seorang di antara kalian mengambil barang saudaranya, tidak boleh baik hanya main-main atau sungguhan. Barangsiapa yang mengambil tongkat saudaranya, hendaklah dia mengembalikannya. (HR. Abu Dawud 5003, Tirmidzi 2161, Ahmad 4/221, Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod 241. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwaa 1518, Shohih al-Adab al-Mufrod 180)
Demikian pula tidak boleh menakut-nakuti dengan pisau atau senjata lainnya, walaupun hanya untuk main-main. Karena betapa banyak kejadian tertumpahnya darah karena sebab main-main dengan pisau atau senjata. Benarlah apa yang disabdakan Rosululloh صلى الله عليه وسلم dalam haditsnya:
ا يُشِيرُ أَحَدُكُمْ عَلَى أَخِيهِ بِالسِّلَاحِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِعُ فِي يَدِهِ يَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنْ النَّارِ
Janganlah salah seorang di antara kalian mengarahkan senjata kepada saudaranya, karena sesungguhnya dla tidak tahu barangkall setan mencabut senjata darl tangannya yang menyebabkan dla masuk dalam jurang neraka. (HR. Bukhori 7072)
Dalam hadits yang lain Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya) "Barangsiapa yang mengacungkan sebilah besl kepada saudaranya, maka sesungguhnya malalkat akan melaknatnya sampai dla menghentikan perbuatannya, sekalipun kepada saudara sebapak maupun seibu." (HR. Muslim 2616)
6. Tinggalkan dusta
Dusta dan bohong adalah pelanggaran syariat, termasuk dosa besar. Bahkan larangan dusta ketika canda dan senda gurau sangat keras. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Celakalah bagi orang yang bercerita kemudian berdusta agar membuat orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia. (HR. Abu Dawud 4990, Tirmidzi 2315, Ahmad 5/5-6, Darimi 2/382, Hakim 1/46. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Ghoyatul Marom 376, al-Misykah 4838)
Rosululloh صلى الله عليه وسلم sebagai teladan kita tidak pernah dusta dalam candanya. Abu Huroiroh رضي الله عنه menuturkan: "Para sahabat bertanya, Wahai Rosululloh engkau mencandai   kami?   Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: Ya, hanya saja aku tidak berkata kecuali benar." (HR. Tirmidzi 1990, Ahmad 2/340, Baghowi 3602. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Mukhtashor Syamail Muhammadiyyah 202, Lihat pula as-Shohihah 1726)
Dari Abu Umamah bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ
Aku akan bangunkan sebuah istana megah yang dikelilingi benteng kuat dl surga bagi yang meninggalkan debat sekalipun benar. Dan aku jamin sebuah istana di pertengahan surga bagi yang meninggalkan dusta sekalipun hanya senda gurau. (HR. Abu Dawud: 4800. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini hasan dalam as-Shohihah 273)
7. Jauhkan tuduhan tak berdasar dan ghibah ketika canda.
Hal ini merupakan musibah besar bagi seorang muslim, apabila melontarkan tuduhan tanpa bukti dan mengghibahnya dalam senda gurau. Ketahuilah saudaraku, setan sangat bernafsu untuk menjatuhkan bani Adam ke dalam dosa, di antaranya adalah melalui celah yang sangat halus, yaitu melontarkan tuduhan bohong dan ghibah ketika bercanda atau berkumpul dengan teman.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله: "Di antara sebagian manusia ada yang memoles ghibah dalam bentuk yang indah dan beragam. Kadangkala karena alasan agama dan kebaikan ia berkata: 'Saya tidak menyebutkan orang kecuali kebaikan, saya tidak suka ghibah dan dusta, hanya saja saya mengabarkan kalian dengan keadaan yang sebenarnya, demi Alloh dia orang yang baik tapi sayang dia begini dan begitu." Tujuan dari hal ini tiada lain kecuali memojokkannya. Beralasan demi kebaikan dan agama. Sebagian yang lain berbuat ghibah karena hasad. Maka orang yang semacam ini telah mengumpulkan dua perkara yang sangat keji. Sebagian yang lain lagi berbuat ghibah dalam bentuk kekaguman, semisal dia berkata: "Saya kagum dengan dia, tapi bagaimana mungkin dia tidak melakukan ini dan itu. Atau ia berkata: "Saya heran dengan dia, bagaimana bisa ia terjatuh dalam perkara semacam ini!." Mengghibah dengan bentuk keheranan dan kagum. Inilah penyakit hati yang paling besar dan penipuan terhadap Alloh عزّوجلّ serta para makhluk-Nya." (Majmu' Fatawa 28/237-238 secara ringkas)


8. Canda dengan pukulan dan ucapan buruk?
Bercanda dan gurau dengan menggunakan tangan, seperti memukul atau menggelitiki badan, banyak manusia yang tidak menyukainya. Bahkan perkaranya bisa membawa pada permusuhan dan pertikaian. Betapa banyak perkelahian yang berawal dari senda gurau. Lebih tegas lagi, bahwa memukul saudara seiman sangat dilarang. Berdasarkan hadits:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Seorang muslim adalah yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya. (HR. Bukhori 10, Muslim 40)
Adapun canda dengan ucapan dan panggilan yang jelek sangat banyak terjadi, panggilan dan ge-lar yang tidak enak didengar, padahal perkara ini sangat jelas keharamannya. Alloh عزّوجلّ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dholim. (QS. al-Hujurot[49]: 11)
9. Jangan mengolok-olok agama!!
Barangsiapa yang mengolok-olok syariat agama atau orang yang istiqomah dalam agamanya, maka sungguh dia telah melakukan perbuatan kufur. Hal ini pernah terjadi pada zaman Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Tatkala perang Tabuk, sekelompok orang munafik mencela dan mengejek nabi dan para sahabatnya dengan mengatakan: "Kami tidak pernah melihat orang yang    paling buncit perutnya, paling dusta lisannya dan paling pengecut ketika bertemu musuh dibandingkan mereka." Orang munafik bermaksud canda dan senda gurau untuk menghilangkan kepenatan dan lelahnya perjalanan. Akan tetapi Allah عزّوجلّ Maha Tahu maksud dan tujuan mereka, hingga turunlah ayat yang berbunyi:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Ro-sul-Nya kamu selalu berolok-olok?." Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. at-Taubah[09]: 65-66)[1]

10. Senyumanmu kebahagiaanku
Memberikan senyum dan berwajah ceria kepada orang lain sangat dianjurkan, bahkan hal itu bisa menambah kecintaan dan kedekatan   persaudaraan   se-lslam.
Menambah kebahagiaan dan ke-senangan orang yang diberi senyuman, apalagi dari orang yang kita cintai. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah. (HR. Tirmidzi 1956, Ahmad 5/168, Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod 891, Ibnu Hibban 864. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah 572)
Sahabat mulia Jarir bin Abdillah رضي الله عنه mengatakan:
وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
"Tidaklah Rosululloh صلى الله عليه وسلم melihatku kecuali tersenyum." (HR. Bukhori 3035, Muslim 2475)
Inilah akhlak dan perangai Islam yang mulia, bahkan yang paling bagus lagi adalah yang banyak menangis di waktu malam dan tersenyum di siang hari. Tapi perlu diingat, jangan terlalu banyak senyum hingga kelewat batas, sebaliknya juga, hendaknya orang yang sering bermuka masam dan cemberut untuk menebarkan senyuman, tidak berlebihan dan tidak mahal tersenyum.[2]





[1]   Lihat kisah lengkapnya dalam Tafsir at-Thobari 14/333, Fathul Qodir 2/378
[2]   Lihat Siyar A'lam Nubala 10/140, Syarah Shohih Muslim 3/40

0 comments:

Post a Comment

Baca Juga