Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk
berfikir yang membedakannya dengan binatang. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa
manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya
dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya.” (QS Shaad: 71-72)
Pada 1986, ketika para ahli
arkeologi menemukan sebuah fosil kera di Afrika, mereka menyimpulkan secara
tegas tanpa ada keraguan, bahwa antara kera dan manusia tidak ada hubungan sama
sekali dalam asal penciptaannya.
Adapun Al-Quran sendiri, ketika
menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya
mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan
al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah Swt berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
Kiamat" (QS al-Mu’minun:12-16).
Hai manusia, kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur); maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah" (al Hajj/22:5)
“Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
“Dan Allah menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari air mani.” (QS Faathir: 11)
“Dari bumi (tanah) itulah Kami
menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu pada kali yang
lainnya.” (QS Thaaha: 55)
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari
air yang hina?” (QS Al-Mursalat: 20)
“Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya
Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (QS
Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya
menunjukkan bukti ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, dalam
firman-Nya “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”, Allah Swt
menegaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah air. Ayat ini sesuai dengan
bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kira-kira 75 persen dari berat manusia
adalah air.
Karenanya air sebagai asal segala
sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur terpenting bagi setiap proses
kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi untuk melunakkah bahan makanan
yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk dicerna.
Mengamati pembahasan Al-Qur’an
tentang penciptaan manusia, kita mendapatkan sebagian orang yang senantiasa
meragukan kebenaran Al-Qur’an, menentang apa yang telah disampaikan Al-Qur’an
tentang penciptaan manusia ini. Yaitu ketika mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an
tidak konsisten dalam menyebutkan asal penciptaan manusia. Menurut mereka,
dalam salah satu ayat dikatakan: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan
kamu”. Sedangkan dalam ayat lain disebutkan: “Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air”.
Untuk dapat memahami petunjuk ilmiah
yang ada dalam firman Allah Swt: “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang
hina?” kita sebaiknya memberikan penjelasan tentang kelompok binatang bersperma
atau spermatozoon.
Spermatozoon, sebagaimana tampak dalam gambar, terdiri dari bagian kepala,
bagian tengah dan bagian ekor. Dengan menggunakan ekornya ini, binatang ini
hidup dalam saluran air mani yang memberinya makanan. Dan dikarenakan binatang
ini merupakan makhluk hidup, maka tentunya ia juga berasal dari air, sesuai
firman-Nya: “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”.
Namun kekuatan yang dimiliki
binatang ini sangat lemah, sehingga kebanyakan dari spermatozoon ini
mati ketika terjadi pembuahan (fertilisasi). Akan tetapi, dengan kekuasaan
Allah, seseorang ketika mengeluarkan air maninya, jumlah yang ia keluarkan,
bisa mencapai 300 sampai 500 juta spermatozoon. Hal itu sebagai tanda ke
Maha Tahuan Allah, karena dari jutaan spermatozoon ini akan mati, saat terjadi
pembuahan antara sperma laki-laki dan sel telur perempuan.
Meskipun binatang ini lemah, namun
binatang inilah yang menjadi penentu jenis kelamin dari janin yang dikandung,
apakah laki-laki atau perempuan. Pengetahuan ilmiah ini, secara menakjubkan dijelaskan
Al-Qur’an dalam kata-kata yang singkat namun padat, ketika Allah Swt berfirman:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?”
Janin pada pertama kalinya terbentuk
dari sel yang dinamakan zygote yang dihasilkan dari pembuahan antara
sperma dan sel telur. Kandungan sifat keturunan yang dimiliki oleh
masing-masing orang tua, yang dibawa melalui kromoson inilah yang mengarahkan
pembentukan janin dan perkembangannya. Peta kromoson ini, seperti buku panduan
yang tidak mungkin ditiru dan disalin seperti aslinya, meskipun dengan
menggunakan ilmu dan teknologi tinggi.
Namun sebelum proses pembentukan
janin dan perkembangannya, terjadi proses penentuan jenis kelaminnya
dikarenakan adanya perbedaan perkembangan antara janin laki-laki dan perempuan
dan perbedaan anggota tubuhnya. Yang berfungsi untuk menentukan jenis kelamin
ini, adalah Nuthfah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an
secara ringkas dalam firman Allah: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari air mani (nuthfah).” (QS Al-Hijr: 26)
Setelah penentuan jenis kelamin
janin dan proses pemindahan kandungan sifat keturunan orang tua yang dibawa
oleh kromoson, selanjutnya adalah periode berikutnya yaitu periode ‘alaqah
atau segumpal darah.
Al-alaqah dalam bahasa Arab berarti darah yang membeku. Dan hal ini terbukti
setelah dilakukan pengambilan gambar atas janin pada periode ini dalam bentuk
darah yang membeku, di mana anggota tubuh belum terbentuk. Setelah dilakukan
pengambilan gambar pada periode selanjutnya, didapatkan bahwa janin telah
berubah dalam bentuk segumpal daging (mudhghoh) yang menampakkan bentuk
tubuh yang sempurna dan yang belum sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam
Al-Quran: “kemudian dari segumpal daging, yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna”.
Daging ini kemudian menempel di
dinding rahim sampai waktu yang ditentukan-Nya, yaitu waktu kelahiran. Rahim
bagi janin adalah seperti tempat tinggal dimana ia menetap di dalamnya selama
beberapa waktu tertentu sampai saatnya ia keluar ke alam dunia.
Proses
Penciptaan Manusia
Al-Qur’an menyatakan proses
penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut
dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min
hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah
dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri
(manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun
(23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan
biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang
dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan
dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah)
yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang
lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke
dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah
dan 40 hari mudghah.
1.
Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi,
250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu dan menuju sel
telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan
perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi
wanita yang berbelok-belok, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma,
gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi
yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani
seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan
dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS
Al-Qiyamah:36-37).
2.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani
tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah.
"Dia telah menciptakan manusia
dengan segumpal darah". (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki
bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk se
buah sel tunggal yang dikenal
sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah
diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat
dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak
melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim
seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan
semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk
pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq”
dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang
menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
3.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an
bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya
terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan
bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak
lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu
pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan
menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan
Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis
ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis
seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan
embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al Qur’an.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”
Sisi penting lain tentang informasi
yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan
manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu,
mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang
membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Al Mu’minun/23:14)
Embriologi
adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim
ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan
otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak
orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah
benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis
ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis
seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan
embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam
sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
“Dalam minggu ketujuh, rangka mulai
tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal.
Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati
posisinya di sekeliling bentukan tulang”. (Moore, Developing Human, 6.
edition,1998.)
Singkatnya,
tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur'an,
benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern. Sebagaimana yang telah
diuraikan diatas tentang ayat ke-14 surat Al-Mu'minun, bahwa “jaringan tulang
rawan pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi tulang keras.
Lalu tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot”.yang dijelaskan dalam ayat:
"…dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging".
4.
Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan
yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari
campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai
fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi
bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan
agar memudahkan pergerakan sperma.
Ketika
mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:
"Sungguh,
Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri
dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur'an, 76:2)
“Dialah
Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia
dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.”
(Al-Qur’an, 32:7-8).
Kata
Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti
bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti
"bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an
merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia
hingga serinci-rincinya.
Tahapan-Tahapan Dalam Rahim
Dalam
Al Qur’an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim
ibunya.
“…
Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (Al Qur’an, 39:6)
Sebagaimana
yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan
dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern
telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat
yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang
dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku
referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
“Kehidupan
dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama,
embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan
sampai kelahiran.” (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition,
1984, s. 64.)
Fase-fase
ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana
berikut:
-
Tahap Pre-embrionik
Pada
tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah
segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri
mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan (bahasa biologinya disebut lapisan
lembaga ektoderm, mesoderm, endoderm )
-
Tahap Embrionik
Tahap
kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut
sebagai “embrio”. Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk
dari lapisan- lapisan sel tersebut. pada tahap ini juga terjadi pembentukan
organ2 tubuh. dan pengaturan posisi, sumbu tubuh, dan pembentukan tubuh.
-
Tahap fetus
Dimulai
dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai
sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus
tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua
tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya
telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan
perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Penentuan Jenis Kelamin Bayi
“Dialah
yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila
dipancarkan.” (QS An Najm:45-46)
Cabang-cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah
membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur’an ini.
Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh
pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom
adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang
menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua
kromosom ini disebut “XY” pada pria, dan “XX” pada wanita. Penamaan ini
didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf
ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan
kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan
seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom
ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita,
kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi,
membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel
sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom
Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma
yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan
kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria
yang bergabung dengan sel telur wanita.
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa
jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya
bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan
perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang
menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari
air mani apabila dipancarkan".
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara
ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa
jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita
tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam
penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang
manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut
"XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan
pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom
Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X
membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru
berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria
dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel
kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom
X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang
berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu
sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa
kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi
ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur
wanita.
Kromosom Y membawa sifat-sifat
kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel
telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan. Di
dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau
kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom
kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata lain,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah
air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin
dapat diketahui di masa Al Qur'an diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa
Al Qur'an adalah kalam Allah. Subhanallah, Maha Benar apa yang diturunkan-Nya. Masihkah
Kalian Ragu? Wallahu A’lam
0 comments:
Post a Comment